Saturday, June 28, 2014

Motivasi Belajar



MOTIVASI BELAJAR 

A.       Motivasi Belajar

1.        Pengertian motivasi belajar
Kata “Motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. “Motif” dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Dinamakan motif  atau penerapan dalam konteks kalimat sering menggunakan istilah motivasi. Hal ini tidak dapat disalahkan, karena menurut Filmore Sanford yang dikutip E. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, bahwa “Motivasi akar katanya adalah motif ”. Walaupun demikian, pengertian dua kata tersebut mempunyai akses yang berbeda namun diantara keduanya tidak dapat dipisahkan”.[1]
Muh. Uzer Usman, mengatakan bahwa “ Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tersebut “[2].
Ngalim Purwanto, mengemukakan bahwa “motivasi adalah sebagai suatu pernyataan kompleks didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku manusia kepada suatu tujuan          atau perangsang”[3].
Dalam Psikologi Pendidikan, “motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku”[4]. Di dalam Psikologi, motivasi menunjukkan suatu proses mental dalam diri individu yang menyebabkan organisme bergerak untuk mencapai tujuan.
Motivasi dapat juga didefinisikan sebagai keadaan internal organisme (baik manusia maupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.[5] 
Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar itu adalah kondisi psikologis dari individu yang menggerakkannya untuk melakukan suatu tindakan atau tingkah laku yang didasari oleh motif tertentu yang bertujuan untuk memenuhi semua kebutuhan.
Di dalam definisi tersebut juga terdapat tiga elemen utama yang menjadi ciri motivasi, yaitu :
-            Ada sesuatu yang mendorong tingkah laku manusia.
-            Adanya dorongan yang mengarahkan tingkah laku manusia.
-            Bagaimana tingkah laku ini dapat dipertahankan atau dijaga kelangsungannya.
  
2.        Jenis-jenis motivasi belajar.
Secara garis besar, motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis. Yaitu motivasi yang tumbuh dari dalam diri individu (instrinsik) dan motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar dirinya (eksternal).
a.         Motivasi Instrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain yang dapat mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar. Dalam belajar terkandung tujuan menambah pengetahuan. “Intrinsic motivations are inherent in the learning situation and meet pupil need and purposes”. Termasuk didalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.



b.    Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang yang timbul dari jiwa seseorang atau perangai yang timbul dari   luar[6]. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkrit motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar.
Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik, karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan untuk mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan umpamanya, akan memberi pengaruh kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau keharusan dari orang tua dan guru.
Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara. Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam rangka menumbuhkan motivasi intrinsik.
-          Kompetisi (persaingan), guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajar.
-          Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat) : Pada awal kegiatan belajar mengajar guru hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut .
-          Tujuan yang jelas untuk mencapai pembelajaran.  Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
-          Mengadakan penilaian / tes, pada umumnya siswa mau belajar dengan tujuan mendapat nilai yang baik[7].
-          Kesempurnaan untuk sukses : Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
-          Minat yang besar :  Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar untuk belajar.

3.         Ciri – Ciri Motivasi Belajar
Untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi, perlu dikemukakan adanya beberapa cirri motivasi. Menurut Sardiman[8], motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·           Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
·           Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
·           Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa.
·           Lebih senang bekerja mandiri.
·           Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang aktif).
·           Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
·           Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
·           Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki cirri-ciri seperti di atas, berarti seseorang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Siswa yang harus mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.

4.        Fungsi Motivasi
Sebagaimana dikemukakan diatas, keberadaan motivasi sangat penting dalam belajar. Yaitu berperan sebagai pendorong dan pengarah dalam setiap kegiatan termasuk dalam kegiatan sekolah. Motivation essensial of learning, motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi diberikan akan makin berhasil pula belajar itu. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas belajar bagi siswa.[9]
Motivasi dapat dibagi menjadi tiga fungsi, yaitu :
1.      Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.      Menentukan arah perbuatan, yakni arah dan kegiatan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan kegiatan.
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.[10]
Dalam pendapat yang lain, ada pula yang mengatakan bahwa fungsi dari pada motivasi itu ialah :
1.      Motivasi memberikan semangat terhadap seorang peserta didik dalam belajarnya.
2.      Motivasi perbuatan adalah pemilih dari tipe kegiatan dimana seseorang berkeinginan untuk melakukannya.
3.      Motivasi memberikan petunjuk dalam tingkah laku.[11]
Dari beberapa petunjuk diatas, jelaslah bahwa motivasi sangat penting dalam belajar demi tercapainya tujuan belajar. Motivasi belajar merupakan factor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Sehingga akan terlihat dalam cara atau semangat belajarnya.



[1] Usman Efendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi. Aksara Bandung. 1985. Hal. 60
[2] M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesinal. Remaja Rosda Karya, Bandung. 1994, Hal. 24
[3] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung 1987. Hal. 70
[4] Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan. CV. Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta. 1995. Hal. 85
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. 1995. Hal.136
[6] Syaiful Bahri Jamarah,Psikologi Belajar,Rineksa Cipta. Jakarta 2002. Hal.117
[7] Muh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya, Bandung 1989. Hal. 24-25
[8] Sardiman,A.M..Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Grafindo. 2006. Hal.83
[9] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1996.Hal.84
[10] Ibid. Hal. 85
[11] A. Tabrani Rusyan, Peningkatan Kemampuan Guru Pendidikan Dasar. Bina Budaya .Bandung. 1982. Hal.96-97.

Wednesday, June 25, 2014

Hasil Belajar Siswa




HASIL BELAJAR

A.      Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.[1] Hasil belajar tidak terpaku dengan prestasi di sekolah, tetapi hal-hal yang berhubungan dealam kehidupan sehari-hari yang terkait pula dengan kehidupan orang banyak, sehingga kehidupan seseorang dapat diterima oleh kehidupan masyarakat luas.
Soedijarto menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar yang mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Sedangkan menurut Brigg hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan mengunakan tes hasil belajar.[2]
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.[3] Menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita.[4] Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.[5] Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil belajar berupa perubahan prilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah perilakunya, baik berupa pengetahuan, keterampilan motorik atau penguasaan nilai-nilai sikap. Seseorang belajar akan suatu hal pasti memiliki tujuan mendapatkan hasil dri kerja kerasnya hal ini dapat berupa perubahan tingkah laku, yang sebelumnya tingkah lakunya bruuk maka perlu belajar mempernaikinya, maka hasilnya pun akan berunbah menjadi lebih baik. hal ini juga berpengaruh dengan hal-hal lain yang berhubungan dengan keberhasilan seseorang.
“Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotorik) dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Sebuah hasil belajar dirumuskan dalam rumusan tujuan pembelajaran.[6] Dengan demikian sangat jelas bahwa hasil belajar sangat berhubungan dengan perilaku seseorang, perilaku seseorang dalam memahami sebuah pengetahuan dari yang sebelumnya tidak diketahui menjadi faham akan sebuah pengetahuan; keterampilan dalam melakukan sesuatu; dan nilai-nilai sikap yang baik akan menghasilkan proses belajar yang baik pula.
Menurut Gagne hasil belajar akan menhasilkan hal-hal berikut, yaitu: informasi verbal (kapasitas pengetahun dalam bentuk bahasa lisan atau tulisan), keterampilan intelektual (konsep dan lambang), strategi kognitif (kecakapan aktivitas kognitif), keterampilan motorik (gerak jasmani), sikap (kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut).[7]
Guru perlu mengenal hasil belajar dan kemajuan belajar siswa yang telah diperoleh sebelumhya, misalnya dari sekolah lain sebelum memasuki sekolah yang sekarang. Hal-hal yang perlu diketahui itu antara lain penguasan pelajaran, keterampilan-keterampilan belajar, pengenalan dalam hal-hal tersebut penting artinya bagi guru. Dengan demikian, guru dapat membantu atau mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dapat memperkirakan hasil dan kemajuan belajar siswa pada kelas-kelas berikutnya, tetapi hasil-hasil tersebut dapat saja berbeda dan bervariasi sehubungan dengan keadaan motivasi, semangat, kematangan dan penyesuaian sosial.

B.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam mencapai hasil belajar siswa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya:
a.    Faktor internal atau faktor yang terdapat dalam diri siswa. Hal ini dapat diklasifikasi menjadi dua, yakni faktor fisiologis dan psikologis. Yang termasuk faktor fisiologis adalah kondisi kesehatan, kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya. Sedangakn faktor psikologis mencakup minat, bakat, intelegensia dan kebiasaan belajar.
b.    Faktor eksternal yaitu faktor yang berada di luar siswa. Hal ini juga dapat dibagi dua yaitu faktor lingkungan dan instrumental. Faktor lingkungan siswa ini adalah kondisi alam  dan lingkungan sosialnya. Sedangkan faktor instrumental terdiri dari media pembelajaran, kurikulum, serta strategi pembelajaran yang digunakan.  
Demikian juga menurut Sudjana, hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa.[8] Faktor yang dimaksud dalam diri siswa adalah perubahan kemampuan yang dimilikinya. Hal senada dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) yang menyatakan bahwa 70 % hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas   pembelajaran.[9]
Hal senada disampaikan Soedjadi yang menyatakan bahwa penyebab kesulitan memahami pendidikan agama Islam dapat bersumber dalam diri siswa dan di luar diri siswa. Dalam diri siswa dapat berupa rendahnya motivasi, dan sikap terhadap pendidikan agama Islam. Sedangkan dari luar diri siswa salah satunya dapat berupa metode pembelajaran yang kurang tepat dalam mengajarkan pendidikan agama Islam.[10]

C.  Alat Penilaian hasil belajar
Untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka diperlukan suatu alat yang dapat mengukurnya. Alat tersebut adalah evaluasi. Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Ragam evaluasi yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa diataranya:
a.    Pretes adalah evaluasi yang dilakukan sebelum pembelajaran diberikan. Tujuannya untuk mengidentifikasi kemampuan awal siswa mengenai pelajaran yang akan diajarkan.
b.    Post tes adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru kepada siswa setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Tujuanna untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang dicapai siswa pada akhir pembelajaran.
c.    Tes diagnosik adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar. Tujuannya untuk membantu siswa dalam belajar sesuai dengan masalah yang dihadapinya.
d.   Tes formatif adalah evaluasi yang diberikan kepada siswa selama program belajar tertentu (pada akhir satu pokok bahasan). Tujuannya untuk memberikan feedback bagi proses pembelajaran yang disajikan oleh guru.
e.    Tes sumatif adalah evaluasi yang diberikan pada akhir suatu kegiatan pembelajaran. Tujuannya untuk mengatur tingkat kemampuan dan kelemahan siswa setelah belajar selama satu semester.

Daftar Pustaka
http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html
Baso Intang sapaile, Pembelajaran dan evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung UPI Press 2006.
Muhammad Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. (Jogjakarta: Arruz Media. 2011) Cet. I
Nana Sudjana, Penilaiah Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Udin S. Winataputra, Strategi Bewlajar Mengajar.  (Jakarta: Universitas terbuka, 1998) Cet. II.


[1] Muhammad Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. (Jogjakarta: Arruz Media. 2011) Cet. I hal. 22
[2] Baso Intang sapaile, Pembelajaran dan evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung UPI Press 2006. H.13
[3] Nana Sudjana, Penilaiah Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. hal. 22
[4] Ibid,
[5]  http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html
[6] Udin S. Winataputra, Strategi Bewlajar Mengajar.  (Jakarta: Universitas terbuka, 1998) Cet. II. hal.25
[7] Ibid, hal.23
[8] Sudjana, h.39
[9] http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html
[10] Soedjadi, 2001. hal. 1